Google

Friday, November 4, 2011

Wejangan Kalijaga pada Panembahan Senopati

Setelah bersemedi di tengah samudera pantai Parangritis memohon kepada Gusti Allah agar diizinkan menjadi raja tanah Jawa, Senopati lalu berjalan di atas air menuju darat, jalannya bagaikan berjalan di atas tanah saja hebatnya selama bersemedi di tengah samudera badannya tidak basah walau diterjang ombak berkali-kali. Begitu dekat dengan bibir pantai alangkah terkejutnya dia melihat Sunan Kalijaga berdiri di sana. Dia lalu bersujud dan memohon ampun karena telah berani menyombongkan diri dengan ilmunya itu.

Sunan Kalijaga lalu berkata "Bangunlah hai putera Ki Gede Pamanahan, janganlah menuruti kelemahan hati yang menyuarakan keserakahan, enyahkanlah bisikan setan itu, bangkitlah hai murid Jaka Tingkir!". Senopati lalu bangkit, Sunan Kalijaga kemudian bertanya padanya "apakah benar kau sangat ingin menjadi raja yang menguasai tanah Jawa ini?", Senopati mengangguk perlahan, Sunan Kalijaga bertanya lagi "meskipun itu berati kau harus berhadapan dengan guru sekaligus ayah angkatmu Sultan Hadiwijaya dan berperang dengan seluruh negeri Pajang yang selama ini menjadi negeri tumpah darahmu dan tempat alamrhum ayahmu mengabdi?", Senopati lalu menundukan kepalanya, tubuhnya berguncang, air matanya meleleh lalu pelan berkata "Hamba selalu memohon petunjuk kepada Gusti Allah namun belum mendapatkan petunjuknya, mungkin Gusti Allah memberikan petunjuknya lewat Kanjeng Sunan", Sunan Kalijaga tersenyum lalu kembali membuka mulutnya "Baiklah Senopati akan kuberikan pelajaran yang amat tinggi dari Kanjeng Rasul untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat".

Sunan Kalijaga menghela nafas sebelum memberikan wejangannya, lalu sambil duduk di atas sebuah batu karang dia memulai wejangannya kepada Senopati "Perang itu sesungguhnya hanyalah suatu alat penghancur untuk menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh kebhatilan, diganti dengan yang baru. Timbulnya suatu peradaban itu adalah karena perombakan dari masa silam yang manusia rusak sendiri. Agama Islam lahir sebagai agama penutup, tidak akan ada lagi agama yang diridhai Gusti Allah selain Islam, Kitab suci Al Qur'an lahir sebagai pelengkap dari semua kitab suci sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Memang sudah menjadi takdir Hyang Maha Kuasa kalau semua pemeluk kitab sebelum Al Qur'an itu akan selalu memusuhi para pemeluk agama Islam jika mereka menolak untuk masuk Islam, dan diantara para pemeluk Islam pun akan selalu muncul perbedaan, hal itu dikarenakan terbatasnya daya berpikir manusia yang tidak akan pernah bisa menyingkap takdir Illahi".

Sambil memandang ke arah laut Sunan Kalijaga menyedekapkan tangannya lalu melanjutkan ucapannya "Tanpa persengketaan manusia tidak akan bergairah untuk hidup lebih maju. Tanpa perangpun semua mahluk akan menemui ajal yang telah digariskan. Setelah itu diganti dengan manusia yang baru untuk meneruskan sisa pekerjaan yang telah mati. Demikianlah seterusnya seperti alam raya yang terus bergerak berputar tak pernah diam, demikian pula pikiran manusia setiap detik bergerak terus tak pernah berhenti. Manusia sebagai tempat roh akan mengalami masa bayi, kanak-kanak, dewasa sampai kemudian mati, bagi yang tawakal berserah diri kepada Gusti Allah tidak akan goncang hatinya. Walaupun tidak perang, alam akan merusak dan menghancurkan kehidupan agar manusia menjadi sadar, bahwa dia tak berkuasa apa-apa di dunia ini. Pandanglah kehidupan di sekitar kesultanan Pajang anakku, mereka itu adalah manusia-manusia yang tak menyadari asalnya dan diperbudak oleh khayalan. Perjalanan hidup manusia tidak bisa tetap, bagaikan alam, ada terang dan gelap, ada panas dan dingin, berubah-ubah sesuai kehendak Hyang Maha Kuasa. Usia hidup di alam ini kasar ini tak ubahnya seperti kedipan mata cepatnya bila dibandingkan dengan usia alam yang berjuta-juta tahun. Oleh sebab itu terimalah segala derita ataupun semua cobaan dengan ikhlas menerima pada yang telah digariskan Gusti Allah."

Sunan Kalijaga lalu mengelus-elus jenggotnya "Atma atau roh itu tak dapat dihancurkan dengan kekuatan apapun, tak dapat dilihat, tak dapat dipikirkan, tak bisa berubah sifatnya. Tak bisa dibunuh walaupun jasad yang menjadi tempatnya bersemayam dihancurkan. Semua mahluk pada permulaannya tidak tampak, setelah melalui nafsu birahi antara pria dan wanita disatukan, barulah dibentuk dalam rahim. Setelah dilahirkan barulah nampak, semenjak kecil hingga tua bangka, mereka tak menyadari bahwa mereka berasal dari tak tampak yaitu tiada. Kematian menjadi momok ketakutan bagi yang tak mengenal atmanya.

Orang seringkali memperbincangkan tentang roh, meskipun demikian hanya beberapa orang saja yang mengerti pada sifat abadi itu. Ada dan tiada sama saja bagi siapa yang sesungguhnya mengetahui sajatining kebenaran. Yang menguasai manusia di alam lahir ialah pancaindra, sedangkan Atma adalah pendukung raga seluruhnya. Lahirnya pancaindra setelah menjelma menjadi manusia, sedangkan atma sudah ada sebelum manusia lahir ke dunia. Tetapi janganlah menyekutukan atma dan pancaindra, karena di dalam pancaindra itu terdapat nafsu-pikiran, itikad perasaan dan akal. Siapa yang beritikad baik pikirannya pun akan tenang, nafsunya dapat terkendalikan, perasaannya akan lebih tajam, dan akalnya pun akan lebih cerdas. Siapa yang dapat mengendalikan seluruh panca indranya dan memusatkan akal budinya terhadap atma untuk bersujud berserah diri kepada Illahi, dialah yang akan menemukan kebahagiaan sejati nan abadi dunia-akhirat. Illahi adalah yang tak ada habis-habisnya dan tertinggi yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya, Adhi Atma adalah roh suci yang bersemayam dalam diri manusia, setan adalah nafsu negatif yang menimbulkan nafsu keduniawian. Siapa yang mengingat bahwa Gusti Allah adalah yang paling esa berkuasa, maka dialah yang mengetahui kebenaran.

Deru ombak menggetarkan tempat itu, semakin lama semakin pasang, namun Sunan Kalijaga meneruskan wejangannya " Orang yang sempit pikirannya menganggap Illahi itu hanya bersifat tidak kelihatan dan beranggapan Illahi itu omong kosong belaka yang tidak masuk akal, padahal Illahi ada dimana-mana dalam segala bentuk dan kekal sifatnya yang memberikan daya berpikir pada seluruh manusia. Bukan Ilmu ataupun kesaktian fisik yang bisa menuntun ke jalan yang manunggal di Jalan Illahi, karena ilmu tanpa disertai budi, dan kesaktian lahir adalah kesombongan dan kemurkaan. Dia yang beriman, bertaqwa, dan bertwakal kepadanya dan berikhtiar mempersatukan dia dengan Illahi sambil menjalankan kebajikan, dan menyebarkan ajaran Illahi dia akan mencapai sifat yang diridhai Gusti Allah untuk menjadi Khalifah Umatnya. Apa yang disebut perikebajikan adalah rendah hati, jujur, sabar, dapat melepaskan pikiran dan hawa nafsu keduniawian, dan tidak menyimpan kebencian. Siapa yang melihat bahwa benda yang saling bunuh dan bukan rohnya, siapa yang mengakui segala yang terjadi akibat kesalahannya sendiri dialah yang nerima. Bangkitlah engkau Senopati anakku! Kalahkanlah semua musuh-musuhmu! Karena engkau adalah alat untuk melenyapkan angkara murka dan membentuk kehidupan yang baru di tanah Jawa ini! Sesungguhnya tanpa peranmu pun orang-orang Pajang yang berlindung di bawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya sudah mati, karena diliputi oleh benci dan dendam. Mereka orang-orang yang berlindung di bawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya untuk melampiaskan hasrat serakahnya seperti serigala-serigala yang terkurung api, sebentar lagi hangus terbakar. Janganlah bersedih hati menghadapi ujian ini Senopati, semua yang kukatakan ini adalah Ilapat dari Gusti Allah demi memberimu petunjuk atas permohonanmu kepada Gusti Allah siang dan malam, wahyu keprabon untuk memimpin umat di tanah Jawa ini telah berpindah dari Sultan Hadiwijaya kepadamu karena Pajang telah rusak oleh orang-orang yang serakah. Namun ketahuilah Mataram akan berumur pendek dari mulai engkau, anak dan cucumu, cucumu akan menjadi raja yang sangat kaya, mataram akan mencapai puncak kejayaannya, namun Mataram akan rusak oleh cicitmu karena bersekutu dengan orang-orang asing bertubuh tinggi-besar, berkulit putih, berambut seperti rambut jagung yang akan menyengsarakan seluruh umat di tanah Jawa ini. Kerusakan Mataram akan ditandai dengan muculnya bintang kemukus setiap malam, sering terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, Gunung Merapi sering bergolak dahsyat".

Senopati mengangkat kepalanya "Yang kanjeng Sunan wejangkan benar-benar meresap dalam sanubariku, hamba bersyukur ternyata Gusti Allah mengabulkan permohonan Hamba dan alamarhum ayahanda. Namun yang belum saya mengerti mengapa di jagat ini begitu banyak aliran kepercayaan?"

Sunan Kalijaga Menjawab " Sumbernya hanya satu seperti sumber air gunung yang sangat bersih tanpa ada kotoran mengalir ke bawah. Lalu beranak sungai di hulu, dialirkan ke setiap arah untuk dipergunakan macam-macam keperluan seperti minum, mencuci, mengairi sawah, dan lain-lain sehingga kotor sulit dibersihkan kembali. Begitupun pengertian tentang Tuhan, siapa yang memuja Allah SWT dia akan pergi kepada Gusti Allah, siapa yang memuja Dewa dia akan pergi kepada Dewa, siapa yang memuja Jin dia akan pergi kepada Jin, siapa yang memuja Leluhur dia akan Pergi kepada Leluhurnya. Namun tetaplah semua akan kembali kepada satu sumbernya yaitu sang maha pencipta Gusti Allah SWT, La Illa Haillallah tiada tuhan selain Allah. Ada pula orang-orang yang menyerahkan hartanya sebagai bakti kepada Illahi, Namun dibalik hatinya ia meminta kembalinya yang lebih besar, itu namanya murka, ada orang yang berpura-pura memuja Illahi namun mengharapkan upah, dia tidak akan sampai kepada Illahi. Begitulah pengertian tentang Tuhan, diolah beraneka ragam hasil pengertian akal tanpa budi, iman, dan taqwa. Tidak demikian dengan orang yang beriman dan bertaqwa, dia akan terus menuju mencari sumbernya. Dia tidak akan terpengaruh oleh kesibukan dan nikmat duniawi yang tercipta dari setan pembawa hawa nafsu yang merusak. Dia akan senantiasa tenang, karena ia sadar bahwa semua pergolakan disebabkan oleh setan. Bagaikan orang yang berjalan di lorong gelap gulita yang menemukan pelita, demikianlah orang yang berserah diri kepada Gusti Allah SWT".

Senopati lalu bangun, Sunan Kalijaga lalu mengajaknya pulang ke Kota Gede "Mari anakku aku ingin melihat rumahmu dan kota yang telah engkau bangun", Senopati menjawab "Mari kanjeng Sunan". Setelah sampai Sunan Kalijaga memerintahkan Senopati untuk memagari rumahnya dan membangun tembok dari batu bata di sekitar Kota Gede dengan memberi petunjuk lewat air doanya "Senopati anakku, bila kelak engkau hendak membangun tembok benteng Kota Gede ikutilah tempat dimana aku mengikuti air tadi, nah selamat tinggal anakku, aku hedak pulang ke Kadilangu". Senopati lalu membangun tembok kota mengikuti saran yang Sunan Kalijaga sampaikan. Wejangan itupun diresapinya hingga kelak tiba saatnya ia menjadi raja sekaligus penyebar agama Islam di tanah Jawa ini.(kemudian.com)

21 comments:

Anonymous said...

anda mendapat dialog drama palsu itu darimana bung, sepertinya anda penghayal dan pembohong besar yang tidak tahu dan buta tentang kejawen dan ajaran kalijaga, semua tulisan anda berisi penyesatan dan kepalsuan......apakah waktu kalijaga dan senopati berdialog anda berada disana sedang berwisata pantai atau anda kebetulan sedang surfing dan bertemu mereka berdua sedang bercakap2.......ojo ngawur awake panjenengan dimas........kanjeng sinuwun panembahan senopati ing alogo panotogomo tidak pernah memiliki kesaktian apapun demikian juga dengan raden mas fattah adipati demak yang mbalelo melawan kekuasaan majapahit........belajar sejarah dulu sebelum menulis dan belajar ilmu sejati kejawen syech siti jenar jika anda mau berkomunikasi dengan arwah2 leluhur.maturnuwun Dimas.......( Kejawen Majapahit )

Anonymous said...

Hehehe.....Ojo Rumongso Biso....nanging Biso o rumongso....

Anonymous said...

sebenarnya aku mulai tertarik belajar sejarah (baru mulai suka),kl boleh tau ini sumbernya dari mana ya, misal serat apa atau apa gitu...
maturnuwun

Anonymous said...

waduh dialoknya puanjang amat, anda sambil berhayal and ngarang!! waktu itu emang dah ada tape recorder?,shg wejanganya sampe ndlidik bgitu?, kalo anda ngawur bsk di akherat akan di tuntut kanjeng sunan Kalijogo krn dah nambahi omongan yang gak benar,

Unknown said...

Bingung aku den.

Unknown said...

Bingung aku den bagus

Kijoko Kendil Abiyoso said...

Anonim... menurutku komen km jg gk bener...
Km bilang tentang PANEMBAHAN SENOPATI dn yg lain itu...
Apa lagi mengenai SEH SITI JENAR...
Km bilang suruh belajar kejawen SEH SITI JENAR biar bs bicara sm arwah..
Memange sampean tau tentang SEH SITI JENAR...Memange sampean kenal..??? km jg sok tau dn sok ngerti..
Belajar lah sm orang yg ngerti jngan belajar sm orang yg pinter...
Maaf brow cuma ngelengne..

Kijoko Kendil Abiyoso said...

Anonim...komen km mngenai PANEMBAHAN SENOPATI dn yg lain itu salah kaprah....
Apa lg mngenai SEH SITI JENAR...
Apa km pernah belajar sama KANJENG SEH..
Maaf aku cm mngingat kan sampean..
Sampean lek kate belajar sejarah..
Belajar lah sm orang yg ngerti jangan belajar sm orang yg pintar...

Jd gk ush mngkritik dn mnyuruh kl km sendiri gk tau kbnaran nya...

Kijoko Kendil Abiyoso said...

bener .....

Anonymous said...

Buat anonim yang protes, kalo begitu, buktikan dong yang mana yang bener!

Unknown said...

Saudara anonim yang komentar pertama kali, mungkin anda juga perlu belajar membaca. karena tidak disebutkan mengenai ajaran syech siti jenar dalam artikel ini. Pun juga tidak disebutkan mengenai kesaktian apalagi tentang komunikasi dengan arwah leluhur. Dan perlu diketahui, maksud penulis dengan mencantumkan dialog agar para pembacanya lebih mudah memahami isi karena sifatnya bercerita. Jadi ada baiknya anda belajar tidak apatis. Jika anda merasa ada penyesatan dan kepalsuan, coba tunjukkan dimana letak penyesatannya.

Unknown said...

Di ambil hikmahnya saja,toh bukan melecehkan dialok di atas...

Anonymous said...

Alhamdulillah... maaf Raden2 atau Gus2 & saudara2 sdoyo,, smuanya baik kok, setidaknya mnambah wawasan yg membaca, kan d artikel trsbt d ceritakn ibarat air yg bersumber dari atas pegunungan, ktika mngalir k bawah qta menggunaknanntaya sbgaimana kbutuhan qta toh,, mau mngairi sawah, atau mencuci, masak, mandi atau apapun, toh kn sumbernya sama dari gunung, qta ini kn cuma wayang,,apa kata Maha Dalang lah, dlm skenario hidup ini qta d tulis/berperan sbg apa, orng baik atau jahat, miskin atau kaya, sbg pjabat atau rakyat biasa, itu kn uda qodrat & irodatNYA,,,
nah... sderek2 sdoyo, apapun yg d tulis d atas, marilah sama2 qt hormati, khoirihi wa syarrihi minallohi ta'ala, baik & buruk itu dari Alloh SW,, jadi qta sama2 ambil hikmah ja, biar gk jadi permasalahan & perpecahan,, inilah bhineka tunggal ika, meski berbeda2 tetapi tetap satu jua... mohon maaf smuanya kalo coment saya kurang berkenan. trims utk penulis artikelnya moga bermanfaat...

Unknown said...

Siapapun penulisnya... maha kuasa Allah dgn kunNYA... Maha Indah Allah Yang memberi perjalanan indah untuk si kang mas penulis. Lanjutkan perjalanan titip salam buat Eyang... ayo opah-opah sama-sama kita dzikir.

Bagi yang mengkritik tulisan ini, saya mengutip perkataan eyang saya "lanjutkan ngger sampai kamu tau apa maksudnya". Nuwun pangapunten nggeh sedulur-sedulur.

Unknown said...

Ambil makna nya saja... toh semua itu bagus....

Unknown said...

Ambil makna nya saja... toh semua itu bagus....

Unknown said...

Allah Maha lembut dll

ricky said...

Sy pgn tau gan? siapakah yang menjalankan tapa ngrombang disegoro kidul atas perintah KS Kalijaga.

alankomar said...

Kalau Panembahan Senopati tidak mempunyai kesaktian kenapa ratu pantai laut selatan membuat perjanjian damai

Anonymous said...

Saya seneng sejarah dan selalu mencari sejarah, dan ini merupakan hal yg baru, adakah sumber/bukti klu wejangan itu benar?? Sementara dari beberapa sumber yg pernah saya baca pada saat Sutawijaya melakukan semidi (seperti yg disebut pada artikel ini) yg memberi / menghampiri Sutawijaya adalah ratu pantai Selatan (Roro kidul) sehingga ada perjanjian diantara mereka berdua (dlm hal ini terdapat lorong yg mengandung menghubungkan dg kraton pantai Selatan pada kraton Sutawijaya menurut bukti jg msh ada cuma sekarang ditutup),
Trs 1 hal lgi yg perlu diklarifikasi bukannya sunan Kalijaga itu guru dari Sultan Hadiwijaya(Jaka Tingkir), jd benarkah yg memberi wejangan pda Sutawijaya itu beliau (sunan Kalijaga), trs maksud dari bahasa kalau orang-orang yg berlindung di bawah kekuasaan pajang (Sultan Hadiwijaya) diselimuti benci dan dendam itu apa?
Satu pertanyaan lagi, ini yg sudah menjadi kerajaan pajang dulu atau Mataram ya? Memang ada orang yg mempertahankan apa yg sudah dicapai nya dibilang mengikuti nafsu dan serakah??, Trs dengan memberontak kepada orang tua angkat yg sudah membesarkan dan memberi wilayah utk diduduki apa itu bsa dikategorikan membasmi Angkara murka? Tolong boleh lah membuat artikel dan tulisan, tp dlm menulis pikirkan juga dampak bagi pembaca terlebih lagi para pembaca yg mempunyai ikatan yg seolah disudutkan dengan pandangan kita. Mohon maaf kalau ada salah atau ada kalimat yg tidak sopan yg tdk disengaja, masih belajar Pakde,

Anonymous said...

Saya seneng sejarah dan selalu mencari sejarah, dan ini merupakan hal yg baru, adakah sumber/bukti klu wejangan itu benar?? Sementara dari beberapa sumber yg pernah saya baca pada saat Sutawijaya melakukan semidi (seperti yg disebut pada artikel ini) yg memberi / menghampiri Sutawijaya adalah ratu pantai Selatan (Roro kidul) sehingga ada perjanjian diantara mereka berdua (dlm hal ini terdapat lorong yg mengandung menghubungkan dg kraton pantai Selatan pada kraton Sutawijaya menurut bukti jg msh ada cuma sekarang ditutup),
Trs 1 hal lgi yg perlu diklarifikasi bukannya sunan Kalijaga itu guru dari Sultan Hadiwijaya(Jaka Tingkir), jd benarkah yg memberi wejangan pda Sutawijaya itu beliau (sunan Kalijaga), trs maksud dari bahasa kalau orang-orang yg berlindung di bawah kekuasaan pajang (Sultan Hadiwijaya) diselimuti benci dan dendam itu apa?
Satu pertanyaan lagi, ini yg sudah menjadi kerajaan pajang dulu atau Mataram ya? Memang ada orang yg mempertahankan apa yg sudah dicapai nya dibilang mengikuti nafsu dan serakah??, Trs dengan memberontak kepada orang tua angkat yg sudah membesarkan dan memberi wilayah utk diduduki apa itu bsa dikategorikan membasmi Angkara murka? Tolong boleh lah membuat artikel dan tulisan, tp dlm menulis pikirkan juga dampak bagi pembaca terlebih lagi para pembaca yg mempunyai ikatan yg seolah disudutkan dengan pandangan kita. Mohon maaf kalau ada salah atau ada kalimat yg tidak sopan yg tdk disengaja, masih belajar Pakde,