Google

Monday, May 9, 2011

Cara Mencapai Titik Nol

Seperti pernah diulas pada tulisan AGUSTUS 2010 lalu, bahwa Nol merupakan kunci untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Bagi pemula dalam hal meditasi atau samadhi sangatlah sulit untuk bisa mencapai kondisi Nol. Tetapi bagi sudah pernah mengalaminya, maka akan dengan mudah mencapai kondisi Nol karena sudah hafal betul dengan cara untuk mencapai kondisi tersebut.

Mengapa harus kondisi Nol? Pada kondisi pikiran yang Nol, manusia sudah tidak terpikirkan lagi pada kebutuhannya, angan-angannya, keinginannya, nafsunya dan lain sebagainya. Otak menjadi istirahat. Seorang teman pernah berkata mengenai kondisi Nol itu dengan mengatakan,"meneng tanpa mikir iku susah."(berdiam diri dalam meditasi tanpa memikirkan apapun).

Kuncinya adalah berlatih secara kontinyu. Dengan begitu, maka kondisi itu akan bisa dirasakan setiap manusia. Langkah yang harus ditempuh adalah carilah posisi duduk yang relaks dan usahakan badan tegak. Sebelum melakukannya, mintalah perlindungan dan pengayoman terlebih dulu pada GUSTI ALLAH.

Setelah itu, pejamkanlah mata. Saat Anda memejamkan mata, maka pikiran Anda akan bergerak kesana-kemari. Umumnya, ketika berdiam diri pikiran akan menggoda dengan mengatakan berbagai kewajiban yang harus kita lakukan. Contohnya: "uang sekolah belum dibayar", "susunya anak sudah habis", "waktunya membayar hutang" dan lain sebagainya yang menggoda konsentrasi kita untuk menuju ke titik nol.

Kalau Anda mendapat godaan seperti itu, maka biarkanlah pikiran itu bercerita sepuasnya. Tetapi Anda jangan berlarut-larut mendengarkan perkataannya. Yang penting Anda mengetahui kewajiban yang harus Anda lakukan dari apa-apa yang dikatakan pikiran. Setelah tahu semua yang dikatakan pikiran, maka kendali ada pada diri Anda.

Jika sudah mengetahui semuanya, katakanlah pada pikiran,"semua diam". Maka Anda akan kembali lagi ke titik konsentrasi. Dalam konsentrasi itu tidak ada lagi yang Anda pikirkan. Semuanya tertuju pada satu titik. Tidak ada lagi permasalahan duniawi. Yang ada hanya keinginan untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Pada saat itulah, Anda akan lebih berkonsentrasi secara intens lagi. Konsentrasi yang terbilang lebih dalam sehingga Anda tidak lagi merasa digigit nyamuk atau gatal pada kulit Anda. Semuanya terasa mati. Lambat laun kesadaran Anda akan berkurang dan ANda bak merasa ngantuk tetapi tidak tertidur. Apabila diteruskan, maka Anda akan mencapai titik nol dimana hanya terasa ketentraman dan kedamaian yang dalam.

Belajar dari Tri Dharma Priksa

Tri Dharma Priksa mungkin merupakan sesuatu yang baru dalam ajaran Kejawen. Disebut dengan Tri Dharma Priksa karena memiliki arti tiga (tri), jalan hidup (dharma), tahu (priksa). Jadi Tri Dharma Priksa itu sendiri bermakna tiga jalan hidup yang harus diketahui. Yang dimaksud dengan jalan hidup di sini adalah 3 unsur dalam tubuh manusia yang perlu diketahui kebutuhannya.

Perlu dikaji lebih jauh bahwa manusia itu memiliki 3 unsur dalam kehidupan dunia ini. Ketiga unsur besar dalam tubuh manusia tersebut tetap melekat pada manusia hingga manusia itu kembali ke pangkuan GUSTI ALLAH. Ketiga unsur tersebut adalah RAGA, BATIN dan SUKMA. Dalam ajaran Tri Dharma Priksa, Raga, Batin dan Sukma memiliki kebutuhan sendiri-sendiri. Apa saja kebutuhan Raga, Batin dan Sukma itu?

Raga adalah unsur pada manusia yang memiliki kebutuhan terbilang banyak. Banyaknya kebutuhan dari Raga tersebut contohnya adalah: perlu makan, minum, berpakaian, menggunakan wangi-wangian, berpacaran, menikah dan lain-lainnya. Banyaknya kebutuhan Raga tersebut memang sudah merupakan kepastian dari GUSTI ALLAH bahwa dunia ini diciptakan gumebyar agar manusia bisa memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan Raga.

Sementara itu, Batin dalam diri manusia juga memiliki kebutuhan yang tidak sebanyak kebutuhan Raga. Kebutuhan dari Batin terbilang lebih abstrak contohnya kebahagian, ketentraman, manembah pada GUSTI ALLAH agar meraih ketenangan dalam hidup dan lain sebagainya.

Sedangkan Sukma cenderung memiliki dua kebutuhan. Kebutuhan dari Sukma adalah tetap tinggal dalam Raga atau saatnya untuk meninggalkan Raga. Dua kebutuhan dari Sukma inilah yang menentukan manusia tetap hidup atau harus kembali ke pangkuan GUSTI ALLAH.

Ketiga unsur pada manusia tersebut memiliki hubungan antar satu dengan lainnya. Hubungannya cenderung lebih erat. Kalau kebutuhan Raga terganggu, maka Batin akan merasa sakit dan bisa-bisa membuat Sukma tidak betah lagi tinggal dalam Raga.

GUSTI ALLAH menciptakan unsur-unsur yang lengkap dalam diri manusia. Dengan kelengkapan yang ada pada diri manusia sejak lahir hingga meninggal, GUSTI ALLAH ingin setiap manusia mengenaliNYA. Dengan mengenali semua unsur yang ada pada diri manusia, maka manusia itu sudah mulai mencari jati dirinya dan hal itu sama saja ia sudah mencari dan mendekati GUSTI ALLAH.