Google

Friday, June 27, 2008

3 Titipan GUSTI ALLAH

Dalam hidup ini, setiap manusia selalu mendapatkan pengayoman dari GUSTI ALLAH. Pengayoman tersebut tidak pernah putus walau sedetik pun. Berbagai kenikmatan di dunia ini senantiasa kita terima secara gratis. Contohnya, napas kita. GUSTI ALLAH senantiasa memberikan udara pada kita untuk bernapas dan tidak membayar sepeser pun alias gratis. Namun kadangkala manusia selalu menganggap kenikmatan itu sebagai hal-hal yang berbau materi.



Umumnya manusia merasa baru mendapatkan kenikmatan setelah menerima duit dari orang lain. Mereka mengatakan itu merupakan rejeki. Rejeki dan kenikmatan itu semata-mata bukanlah materi. Apa yang kita terima dari GUSTI ALLAH berupa kesegaran, kesehatan dan lainnya, itupun merupakan rejeki dan kenikmatan dari ALLAH. Itu merupakan tanda bahwa GUSTI ALLAH senantiasa mengayomi setiap diri umatnya. Tidak peduli apakah umatnya itu memiliki cacat fisik maupun rohani, semuanya selalu mendapatkan pengayoman dari GUSTI.

GUSTI ALLAH itu juga Maha Adil. DIA menjaga setiap sendi-sendi kehidupan umatnya. Namun berbeda dengan manusia, rata-rata makhluk yang disebut manusia ini dalam praktek kehidupan sehari-hari ternyata tidak adil. Ada tiga hal yang patut dijaga oleh manusia agar seorang manusia itu dikatakan adil dan menjadi "Manungso sejati". Apa saja itu?

Tiga hal tersebut adalah:
1. Raga
2. Pikiran
3. Jiwa

Ketiga hal tersebut ada dalam setiap tubuh manusia. Raga dalam bahasa Jawa disebut "Wadag". Pikiran dalam bahasa Jawa disebut "nalar". Sedangkan Jiwa disebut orang Jawa dengan "suksma". Ketiga hal tersebut antara satu dengan lainnya memiliki makanan sendiri-sendiri.

Makanan untuk ketiga hal tersebut:
1. Raga (makanannya adalah nasi, roti dsb)
2. Pikiran (makanannya adalah membaca koran, melihat TV, mendengarkan radio dan tukar pikiran dengan orang lain agar tumbuh pemahaman)
3. Jiwa (makanan dari jiwa adalah "panembah", "Memuji GUSTI ALLAH", Sembahyang, Sholat dan lainnya, agar muncul rasa tentram dalam hidup ini).

Nah, rata-rata manusia dikatakan tidak bisa adil karena untuk menjaga makanan dari ketiga hal tersebut saja merasa kesulitan. Padahal, GUSTI ALLAH sudah menitipkan tiga hal tersebut pada setiap diri dan titipan itu harus dirawat dengan baik oleh manusia. Kenyataannya malah berkata lain. Manusia umumnya menelantarkan satu dari ketiga hal tersebut.

Setiap titipan GUSTI ALLAH pada manusia jika kita sebagai manusia menelantarkannya, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup ini. Contohnya, jika kita lebih mementingkan raga saja dengan makan semua makanan yang ada tanpa diimbangi dengan kebutuhan Jiwa dan pikiran, maka yang muncul adalah penyakit akibat makanan itu.

Demikian juga ketika kita lebih mementingkan pikiran dimana kita selalu mencari pemahaman dengan membaca koran dan ilmu pengetahuan lainnya tanpa mempedulikan raga dan jiwa, maka kita juga akan sakit. Umumnya sakit maag, lever dan lainnya.

Oleh karena itu, ketiga hal tersebut harus dijaga keseimbangannya karena ketiganya merupakan titipan yang sangat berharga dari GUSTI ALLAH. Kalau ketiga hal tersebut sudah bisa dijaga dengan seadil-adilnya, maka kita bisa disebut manusia yang senantiasa menjaga amanah dari GUSTI ALLAH dan digelari sebagai "Manungso Sejati".

Sunday, June 1, 2008

Empat Tingkat Mendekatkan Diri

Banyak cara untuk menggali potensi diri untuk bisa mendekat pada GUSTI ALLAH. Salah satunya adalah dengan cara berdiam diri dan senantiasa mengingat keberadaan TUHAN. Orang yang beragama Islam menyebut cara berdiam diri mengingat ALLAH itu dengan sebutan Tafakur.



Tapi pada kebudayaan Jawa, orang menyebut cara itu dengan kata "Semedi". Menilik dari kata tersebut, Semedi berasal dari kata Samadhi yang juga berasal dari India. Agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India lebih dulu merambah pulau Jawa daripada Islam. Mereka memperkenalkan cara untuk lebih khusuk menghadap ALLAH dengan jalan
Samadhi.

Namun, orang Jawa lebih suka untuk mempermudah pengucapan sehingga tidak sulit untuk diungkapkan. Akhirnya orang Jawa pun sepakat dengan kata "SEMEDI". Meski berbeda
ucapan, tetapi artinya sama antara Semedi, Tafakur dan Samadhi yang sama-sama berupaya untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Dan kata Semedi, Tafakur maupun Samadhi tersebut akhirnya disesuaikan dengan bahasa Indonesia yang akhirnya disebut Meditasi. Jadi, kita memiliki empat kata yakni Meditasi, Semedi, Samadhi dan Tafakur yang semuanya memiliki arti yang sama.

Sebenarnya, antara kata Semedi atau Samadhi dengan meditasi memiliki tingkat kata yang berbeda. Artinya, Semedi atau Samadhi memiliki tingkat arti yang lebih tinggi dibandingkan meditasi. Ada empat tahap tingkat untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH dari dasar ke yang paling tinggi yakni perenungan, kontemplasi, meditasi dan
samadhi/semedi.

Perenungan
Untuk tingkat awal yakni Perenungan. Namanya saja, perenungan, maka yang dilakukan adalah berdiam diri dengan merenungkan penciptaan ALLAH. Dengan melakukan perenungan
itu, maka akan mampu memiliki wawasan bahwa GUSTI ALLAH itu Maha Besar karena telah menjaga keseimbangan alam semesta ini.

Kontemplasi
Kontemplasi merupakan upaya berdiam diri, tetapi lebih dalam dibandingkan perenungan. Artinya, upaya kontemplasi dilakukan sembari dibarengi dengan konsentrasi terhadap
ALLAH.

Meditasi
Sedangkan Meditasi juga berdiam diri, tetapi lebih terfokus pada relaksasi dan mencari ketentraman diri. Dengan hati yang tentram, maka akan mampu menggapai GUSTI
ALLAH.

Samadhi/Semedi
Samadhi atau Semedi merupakan langkah berdiam diri dengan khusuk berkonsentrasi penuh untuk menghadap GUSTI ALLAH. Kadang-kadang saking asyiknya melakukan Samadhi/Semedi, si pelaku akan lepas dari raganya. Hal ini di kepercayaan Jawa disebut "NGROGO SUKMO".

Kalau Anda masih dalam tahap perenungan, maka tidak usah berkecil hati. Teruskan usaha Anda dan yakinlah bahwa Anda akan bisa melakukannya. Yang lebih istimewa lagi,
tahap-tahap dalam berdiam diri untuk mendekatkan diri pada ALLAH itu apabila dilakukan setiap hari, maka Anda akan berhasil mendapatkan apa yang Anda cari.

GUSTI ALLAH sangat suka terhadap orang-orang yang berniat untuk mendekatkan diri padaNYA. Kalau tidak sekarang, kapan lagi Anda akan mendekatkan diri padaNYA? Ingat, umur kita hanya ALLAH sendiri yang tahu, kita manusia hanya menjalani saja.
Banyak cara untuk menggali potensi diri untuk bisa mendekat pada GUSTI ALLAH. Salah satunya adalah dengan cara berdiam diri dan senantiasa mengingat keberadaan TUHAN. Orang yang beragama Islam menyebut cara berdiam diri mengingat ALLAH itu dengan sebutan tafakur.



Tapi pada kebudayaan Jawa, orang menyebut cara itu dengan kata "Semedi". Menilik dari kata tersebut, Semedi berasal dari kata Samadhi yang juga berasal dari India. Agama
Hindu dan Buddha yang berasal dari India lebih dulu merambah pulau Jawa daripada Islam. Mereka memperkenalkan cara untuk bisa lebih khusuk menghadap ALLAH dengan jalan Samadhi.

Namun, orang Jawa lebih suka untuk mempermudah pengucapan sehingga tidak sulit untuk diungkapkan. Akhirnya orang Jawa pun sepakat dengan kata "SEMEDI". Meski berbeda
ucapan, tetapi artinya sama antara Semedi, Tafakur dan Samadhi yang sama-sama berupaya untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Dan kata Semedi, Tafakur maupun Samadhi tersebut akhirnya disesuaikan dengan bahasa Indonesia yang akhirnya disebut Meditasi. Jadi, kita memiliki empat kata yakni Meditasi, Semedi, Samadhi dan Tafakur yang semuanya memiliki arti yang sama.

Sebenarnya, antara kata Semedi atau Samadhi dengan meditasi memiliki tingkat kata yang berbeda. Artinya, Semedi atau Samadhi memiliki tingkat arti yang lebih tinggi dibandingkan meditasi. Ada empat tahap tingkat untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH dari dasar ke yang paling tinggi yakni perenungan, kontemplasi, meditasi dan
samadhi/semedi.

Perenungan
Untuk tingkat awal yakni Perenungan. Namanya saja, perenungan, maka yang dilakukan adalah berdiam diri dengan merenungkan penciptaan ALLAH. Dengan melakukan perenungan itu, maka akan mampu memiliki wawasan bahwa GUSTI ALLAH itu Maha Besar karena telah menjaga keseimbangan alam semesta ini.

Kontemplasi
Kontemplasi merupakan upaya berdiam diri, tetapi lebih dalam dibandingkan perenungan. Artinya, upaya kontemplasi dilakukan sembari dibarengi dengan konsentrasi terhadap ALLAH.

Meditasi
Sedangkan Meditasi juga berdiam diri, tetapi lebih terfokus pada relaksasi dan mencari ketentraman diri. Dengan hati yang tentram, maka akan mampu menggapai GUSTI ALLAH.

Samadhi/Semedi
Samadhi atau Semedi merupakan langkah berdiam diri dengan khusuk berkonsentrasi penuh untuk menghadap GUSTI ALLAH. Kadang-kadang saking asyiknya melakukan Samadhi/Semedi, si pelaku akan lepas dari raganya. Hal ini di kepercayaan Jawa disebut "NGROGO SUKMO".

Kalau Anda masih dalam tahap perenungan, maka tidak usah berkecil hati. Teruskan usaha Anda dan yakinlah bahwa Anda akan bisa melakukannya. Yang lebih istimewa lagi, tahap-tahap dalam berdiam diri untuk mendekatkan diri pada ALLAH itu apabila dilakukan setiap hari, maka Anda akan berhasil mendapatkan apa yang Anda cari.

GUSTI ALLAH sangat suka terhadap orang-orang yang berniat untuk mendekatkan diri padaNYA. Kalau tidak sekarang, kapan lagi Anda akan mendekatkan diri padaNYA? Ingat, umur kita hanya ALLAH sendiri yang tahu, kita manusia hanya menjalani saja.