Google

Wednesday, September 23, 2009

Ngelmu Ajaran RMP Sosrokartono


Dia adalah sosok yang mendapat julukan 'Pangeran Jawa'. Tidak banyak orang yang memahami kiprahnya. Orang lebih banyak mengetahui sosoknya sebagai kakak dari RA. Kartini. Dia bernama RMP Sosrokartono.

Dia juga dikenal sebagai sosok pejuang bagi bangsa Indonesia. Ia fasih dalam beberapa bahasa. Tercatat sebanyak 9 bahasa Timur dan 17 bahasa Barat dikuasainya. Ia disebut sebagai 'Pangeran Jawa' karena sosok intelektual-priyayi dari Hindia Belanda.

Sosrokartono mendapatkan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dalam bidang bahasa dan sastra pada tahun 1908. Hal itu merupakan ancaman bagi pemerintahan kolonial Belanda. Bahkan Mohammad Hatta pun pernah menjuluki Sosrokartono sebagai manusia jenius.

Bahkan Sosrokartono juga pernah menjadi wartawan The New York Herald Tribune. Upayanya untuk mencapai gelar banyak menemukan batu sandungan. Tetapi hal itu tidak mematikan semangatnya untuk terus berjuang demi negara dan bangsanya.

Sosrokartono pun pulang dan mengabdi pada negeri dengan menjadi pemimpin Nationale Middlebare School di Bandung. Akan tetapi, pemerintah kolonial curiga dengan ulahnya itu. Mereka melakukan represi politik terhadapnya. Hal yang membuat genius kita ini mencari jalan ekspresi lain untuk mengabdi dan tetap menjadi manusia bebas.

Sosrokartono memutuskan membuka praktik pengobatan tradisional dan menempuh laku spiritual khas Jawa. Sebuah pilihan yang ganjil, memang. Namun, seganjil apa pun, pilihan itu tak menutupi kontribusi Sosrokartono dalam usaha pembentukan negara Indonesia.

Cukup banyak tokoh kunci dalam pergerakan politik nasionalis saat itu yang berinteraksi dengan Sosrokartono. Soekarno dan Ki Hajar Dewantoro, antara lain, memberi penghormatan besar kepadanya, termasuk pada laku spiritual dalam menopang lakon politik mereka.

Laku spiritual dari Sosrokartono antara lain adalah
1. Ilmu kantong bolong
2. Ilmu Sunyi

Ilmu Kantong Bolong

Apa sih ilmu kantong bolong itu? Ilmu kantong bolong itu adalah memiliki filosofi "Nulung pepadane, ora nganggo mikir wayah, waduk, kantong. Yen ono isi lumuntur marang sesami (menolong sesama tak peduli waktu, perut, dan kantong. Bila ada isinya diperuntukkan bagi sesama manusia).

Ilmu kantong bolong merupakan laku cinta-kasih pada manusia dan Tuhan. Cinta kasih sempurna untuk menolong sesama manusia dalam mengatasi derita, rasa sakit, dan duka. Cinta-kasih adalah ekspresi pengabdian pada Tuhan.

Kalaupun kita tidak memiliki apa-apa, dan hanya punya cinta, maka cinta kasih itupun yang kita berikan pada sesama.

Ilmu Sunyi

Ilmu sunyi adalah puncak laku spiritual dengan mengosongkan diri
(pribadi) dari sifat pemujaan diri dengan mempertaruhkan diri secara lahir-batin untuk menolong sesama manusia. Sosrokartono mengungkapkan, "Saya adalah manusia. Oleh sebab itu, kemanusiaan tidaklah asing bagi saya."

Wejangan Sosrokartono

Ada beberapa wejangan penting dari Sosrokartono antara lain, 'sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake (kata tanpa harta, sakti tanpa jimat, menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan).

Ada baiknya jika kita menambah referensi dengan belajar (ngelmu) pada ajaran RMP Sosrokartono sehingga kita bisa lebih dekat dengan GUSTI ALLAH.

Tuesday, September 22, 2009

Belajar Mencintai dari Serat Nitisruti Pupuh Pucung (1-20)



1.
Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung,
kang wus tanpa sama,
iya iku wong kang bangkit,
amenaki manahe sasama-sama.

(Yang disebut memiliki sifat luhur dalam hidup
yang tidak ada tandingannya,
yaitu orang yang bisa membangkitkan,
menyenangkan hati sesama manusia)

2.
Saminipun kawuleng Hyang kang tumuwuh,
kabeh ywa binada,
anancepna welas asih,
mring wong tuwa kang ajompo tanpa daya.

(Sesama makhluk Gusti yang Hidup,
semua jangan dibeda-bedakan,
tanamkan rasa welas asih,
terhadap orangtua yang jompo tanpa daya)

3.
Malihipun rare lola kawlas ayun,
myang pekir kasiyan,
para papa anak yatim,
openana pancinen sakwasanira.

(Disamping itu anak terlantar juga dikasihi,
juga terhadap kaum miskin,
anak yatim yang papa,
peliharalah se-kuasamu)

4.
Mring wong luput den agung apuranipun,
manungsa sapraja,
peten tyase supadya sih,
pan mangkana wosing tapa kang sanyata.

(Terhadap orang yang salah berilah ampunan yang besar,
manusia satu negara,
ambillah hatinya supaya muncul asih tresno,
Hal seperti itu adalah inti bertapa yang senyatanya)


5.
Yen amuwus ywa umres rame kemruwuk,
brabah kabrabeyan,
lir menco ngoceg ngecuwis,
menek lali kalimput kehing wicara,

(Kalau ngomong jangan terlalu banyak bicara,
karena banyak yang terganggu,
seperti burung menco yang ngecuwis,
lupa diri karena banyak bicara)

6.
Nora weruh wosing rasa kang winuwus,
tyase katambetan,
tan uninga ulat liring,
lena weya pamawasing ciptamaya.

(Tidak mengerti apa yang diomongkan,
karena hatinya tertutup,
tidak memahami pasemon,
tidak hati-hati terhadap pola pikirnya)


7.
Dene lamun tan miraos yen amuwus,
luwung umendela,
anging ingkang semu wingit,
myang den dumeh ing pasmon semu dyatmika.

(Kalau tidak bisa merasakan,
lebih baik diam,
terhadap perkara yang tidak diketahui,
dan milikilah perilaku yang tenang)

8.
Yen nengipun alegog-legog lir tugu,
basengut kang ulat,
pasmon semu nginggit-inggit,
yen winulat nyenyengit tan mulat driya.

(Ketika diammu membisu seperti tugu,
dan roman muka mbesengut,
penampilan semu nginggit-inggit,
jika dilihat akan menyakitkan dan tidak bisa menyenangkan hati)


9.
Kang kadyeku saenggon-enggon kadulu,
ngregedi paningal,
nora ngresepake ati,
nora patut winor aneng pasamuwan.

(Yang seperti itu ketika dilihat,
tidak enak untuk dipandang,
tidak meresap dalam hati,
tidak patut untuk berkumpul dalam sebuah pertemuan)

10.
Wong amuwus aneng pasamuwan agung,
yeka den sembada,
sakedale den patitis,
mengetanawarahe Panitisastra.

(orang yang datang pada pertemuan agung,
harus sembodo,
setiap yang diucapkan harus patitis,
ingatlah petunjuk panitisastra)


11.
Kang kalebu musthikaning rat puniku,
sujanma kang bisa,
ngarah-arah wahyaning ngling,
yektinira aneng ngulat kawistara.

(Yang termasuk manusia unggul itu,
adalah manusia yang bisa,
menempatkan diri saat waktunya berbicara,
sejatinya tampak dalam roman mukanya)


12.
Ulat iku nampani rasaning kalbu,
wahyaning wacana,
pareng lan netya kaeksi,
kang waspada wruh pamoring pasang cipta.

(Roman muka itu menunjukkan rasa hati,
waktunya bersamaan dengan sorot mata,
Yang waspada tentu tahu terhadap pamor pasang cipta)

13.
Milanipun sang Widhayaka ing dangu,
kalangkung waskitha,
uninga salwiring wadi,
saking sampun putus ing cipta sasmita.

(Makanya dahulu sang widhayaka,
lebih waskita,
tahu semua rahasia,
karena sudah putus dengan cipta sasmita)


14.
Wit wosipun ngagesang raosing kalbu,
kumedah sinihan,
ing sasamaning dumadi,
nging purwanya sinihan samaning janma.

(Karena hidup itu adalah rasanya hati,
harus mencintai terhadap sesama makhluk hidup,
itu merupakan awal dicintai oleh sesama manusia)


15.
Iku kudu sira asiha rumuhun,
kang mangka lantaran,
kudu bangkit miraketi,
mring sabarang kang kapyarsa katingalan.

(Untuk itu Anda harus tresno asih lebih dulu,
yang menjadi awal,
harus membangkitkan rasa mempererat,
terhadap semua hal yang terdengar dan terlihat)


16.
Iya iku kang mangka pangilonipun,
bangkita ambirat,
ingkang kawuryan ing dhiri,
anirnakna panacad maring sasama.

(Iya itu yang menjadi kaca benggala,
bisa menghilangkan,
yang tampak pada diri,
menghilangkan kecurigaan pada sesama)


17.
Kabeh mau tepakna ing sariramu,
paran bedanira,
kalamun sira mangeksi,
solah bawa kang ngewani lawan sira.

(Semua itu tempatkan pada dirimu,
bagaimana bedanya antara kamu,
dengan solah bawa yang menjengkelkan hatimu)


18.
Nadyan ratu ya tan ana paenipun,
nanging sri narendra,
iku pangiloning bumi,
enggonira ngimpuni sihing manungsa.

(Meskipun ratu juga tidak ada bedanya,
tetapi ratu adalah untuk kaca benggala dunia
sebagai kumpulan cinta terhadap sesama)


19.
Mapan sampun panjenengan sang aprabu,
sinebut narendra,
ratuning kang tata krami,
awit denya amenaki tyasing janma.

(Karena sudah diangkat jadi ratu,
juga disebut pemimpin,
ratunya tata krama,
karena perbuatannya menyenangkan hati manusia lainnya)


20.
Kang kawengku sajagad sru kapiluyu,
kelu angawula,
labet piniluta ing sih,
ing wusana penuh aneng pasewakan.

(Rakyat yang dipikul menjadi senang,
akhirnya senang menjalankan perintah,
karena dari rasa cinta,
sehingga pertemuan di kraton menjadi penuh)

Monday, September 21, 2009

Kalahkan Hawa Nafsu, Satukan Hati dan Ucapan

Hati adalah sumber segala-galanya. Seperti pernah diulas pada tulisan beberapa waktu yang lalu tentang hati, telah dijelaskan bahwa hati setiap manusia dibagi menjadi dua. Yaitu hati besar dan hati kecil. Hati besar adalah hati yang selalu berkata bohong, membuat panas, mengadu domba, iri, dengki dan lain-lainnya. Sementara hati kecil juga biasa disebut hati nurani adalah hati yang selalu berkata jujur, apa adanya, dan selalu mengingatkan setiap manusia untuk senantiasa berbuat kebaikan.

Namanya saja hati besar, jadi dengan tempat yang cukup besar maka, kekuasaannya pun juga besar. Sedangkan hati kecil memang sangat kecil namun bila dikelola dengan baik akan mampu untuk menundukkan sekeras apapun, setinggi apapun dan sehebat apapun. Tak heran jika Kanjeng Nabi Muhammad SAW senantiasa mengingatkan manusia bahwa jihad yang paling besar pada setiap manusia adalah perang melawan hawa nafsunya. Nah, hawa nafsu itulah yang ada pada hati besar dan cukup dominan.

Maaf, selama ini banyak orang yang salah dalam mengartikan jihad. Jihad itu bukanlah dengan memukuli, menghajar dan memaksa orang lain untuk berbuat baik. Tetapi jihad itu jika mensitir Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah urusan seorang manusia dengan dirinya sendiri. Artinya, setiap manusia harus mampu untuk mengalahkan hawa nafsunya. Setelah berpuasa selama satu bulan penuh, seseorang akan bisa disebut menjadi insan yang fitri ketika ia sudah bisa mengalahkan hawa nafsunya sendiri. 'Kemenangan' dalam mengalahkan hawa nafsunya sendiri itu biasanya terpancar dari wajah dan perilaku seseorang. Dari roman wajahnya akan tampak ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi hidup. Setiap persoalan dalam hidup di dunia pun dihadapinya dengan tenang.

Siapapun yang menjadi insan yang fitri itu adalah orang yang berhasil membuat hati kecilnya lebih berkuasa dibandingkan hati besarnya. Hati yang besar itupun menjadi takluk dan tunduk. Orang yang seperti itulah yang beruntung dalam menghadapi hidup di dunia.

Satukan Hati dan Ucapan

Apabila hati besar yang penuh kebohongan dan arogansi sudah dikalahkan dan ditundukkan, maka yang muncul adalah kejujuran. Apa sih kejujuran itu? Kejujuran adalah bersatunya ucapan hati dan ucapan mulut. Artinya, antara hati dan mulut mengucapkan hal yang sama. Jika antara ucapan hati dan ucapan mulut tidak sama, berarti hawa nafsu yang ada pada hati besar bisa dikatakan masih belum mampu dikalahkan dan ditundukkan.

Jika pada hati dan ucapan mulut kita tidak sama, jangan berharap doa kita bisa diterima oleh GUSTI ALLAH. Lha kok bisa? Jelas. Pasalnya, ketika berdoa kita selalu mengucapkan doa dan mengharapkan agar doa kita terkabul. Lha bagaimana bisa terkabul, kalau hati kita sendiri tidak meyakininya? Artinya, sebuah doa menjadi tidak terkabul ketika antara ucapan mulut dan hati tidak sama. Hati mengatakan itu, mulut mengatakan ini (yang nyata-nyata bertolak belakang).

Moga-moga kita menjadi insan fitri yang beruntung setelah digembleng puasa selama satu bulan sehingga mampu menghadapi hidup ini dengan ketenangan dan ketabahan. Dan mulai sekarang jika berbicara antara hati dan ucapan selalu sama agar kita bisa menjadi insan yang dekat dengan GUSTI ALLAH. Amien.

Selamat hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.